Makalah Pemasaran Jasa Dengan Topik “Pemasaran Relasional”
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Peningkatan hubungan antara penjual dengan pelanggan
menjadi salah satu faktor penting untuk tetap mempertahankan loyalitas
pelanggan tersebut. Hubungan yang dibina tidak hanya sekedar hubungan jangka
pendek, melainkan hubungan jangka panjang. Untuk mewujudkan hal tersebut,
perusahaan tidak hanya berorientasi pada transaksi penjualan saja, melainkan
menjalin hubungan jangka penjang dengan konsumen dan pelanggan. Maka,
pendekatan Pemasaran relasional perlu diterapkan di dalam perusahaan. Pemasaran
relasional (Pemasaran Relasional) sangat relevan untuk dibahas dalam pemasaran
jasa, mengingat keterlibatan dan interaksi antara pelanggan dan pemberi jasa
begitu tinggi pada sebagian besar bisnis jasa. Pemasaran relasional merupakan
suatu pendekatan yang menekankan pada usaha menarik dan mempertahankan
pelanggan melalui peningkatan hubungan perusahaan dengan pelanggannya”. Pemasaran
relasional adalah cara usaha pemasaran pada pelanggan yang meningkatkan
pertumbuhan jangka panjang perusahaan dan kepuasan maksimum pelanggan.
Pelanggan yang baik merupakan suatu asset di mana bila ditangani dan dilayani
dengan baik akan memberikan pendapatan dan pertumbuhan jangka panjang bagi
suatu perusahaan.
1.2. Tujuan
Berdasarkan latar belakang di atas, maka tujuan dari
makalah ini adalah sebagai berikut:
1.
Untuk mengetahui pengertian dari
pemasaran relasional
2.
Untuk mengetahui konsep inti dan
tujuan dari pemasaran relasional
3.
Untuk mengetahui dimensi pemasaran
relasional
4.
Untuk mengetahui tingkatan
pemasaran relasional
5.
Untuk mengetahui tahap-tahap
pemasaran relasional
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Pengertian Pemasaran Relasional
Menurut Buttle (2004:55) menyatakan: “Pemasaran
relasional (pemasaran relasional) adalah strategi bisnis inti yang
memadukan produsen dan fungsi internal, jaringan eksternal untuk menciptakan
dan menyampaikan nilai kepada pelanggan untuk mendapatkan keuntungan”.
Menurut Chan (2003:6): “Pemasaran relasional (pemasaran
relasional) sebagai pengenalan setiap pelanggan secara lebih dekat
dengan menciptakan komunikasi dua arah dengan mengelola suatu hubungan yang
saling menguntungkan antara pelanggan dan perusahaan”.
Kotler dan Amstrong (2009:304) menyatakan:
“Pemasaran relasional (pemasaran relasional) adalah proses
menciptakan, menjaga, dan meningkatkan hubungan yang kuat bernilai tinggi
dengan pelanggan dan pihak yang berkepentingan lain”.
Dari berbagai definisi yang ada, dapat disimpulkan
bahwa pemasaran relasional adalah:
1.
Mencari nilai-nilai baru untuk
pelanggan dan kemudian produser dan konsumen berbagi nilai yang diciptakan itu.
2.
Mengakui peran utama dari
pelanggan individual tidak hanya sebagai pembeli, tetapi juga mendefinisikan
nilai yang mereka inginkan. Disini nilai diciptakan bersama dengan pelanggan.
3.
Perusahaan perlu mendesain dan
memperbaiki proses bisnis, komunikasi, teknologi dan sumberdaya manusia dalam
mendukung nilai yang diinginkan pelanggan individual sebagai konsekuensi dari
strategi bisnis dan berfokus pada pelanggan.
4.
Adalah usaha kerjasama yang terus
menerus antara pembeli dan penjual.
5.
Membangun chain of relationship
dalam organisasi untuk menciptakan nilai pelanggan yang diinginkan, dan
antara organisasi dengan para stakeholder utamanya.
2.2. Konsep Inti dan Tujuan Pemasaran Relasional
Terdapat beberapa konsep inti di dalam pemasaran
relasional. Diantaranya menurut Little dan Marandi (2003) adalah sebagai
berikut:
·
Horizon/ Orientasi Jangka Panjang
Orientasi jangka panjang merupakan ciri utama pemasaran
relasional. Keberhasilan pemasaran relasional diukur dari seberapa lama
pelanggan terjaga dalam hubungan dengan perusahaan. Dengan demikian pemasaran
relasional juga menyangkut nilai estimasi mengenai nilai sepanjang hidup
konsumen (Customer Lifetime Value –
CLV). Pemasaran relasional memandang pelanggan sebagai mitra, sehingga
mendorong kolaborasi serta penciptaan situasi win-win.
·
Komitmen dan Pemenuhan Janji
Untuk dapat menjalin hubungan jangka panjang, pemasaran
relasional menekankan upaya pemeliharaan sikap percaya atau kepercayaan dan
komitmen dengan menjaga integritas masing-masing melalui pemenuhan janji atau
timbal balik, empati di antara kedua belah pihak. Sehingga dapat menyatukan
arah pada pencapaian tujuan yang diinginkan. Hal inilah yang diyakini dapat
mendorong loyalitas konsumen.
·
Pangsa Konsumen Bukan Pangsa Pasar
Pemasaran relasional tidak lagi berkonsentrasi pada
pencapaian pangsa pasar melainkan pada upaya untuk mempertahankan pelanggan dan
peningkatan bagian ‘dompet konsumen’ dengan menjual lebih banyak produk yang
sama atau penjualan silang kepada mereka. Hal ini berimplikasi bahwa pelanggan
yang berpotensi tinggi diperlakukan sebagai individu.
·
Nilai Sepanjang Hidup Pelanggan (Customer Lifetime Value – CLV)
Mengingat biaya untuk menerapkan pemasaran
relasional cukup besar, maka tidaklah ekonomis untuk menginvestasi dalam
hubungan jangka panjang dengan seluruh pelanggan. Tidak semua konsumen
menginginkan hubungan jangka panjang. Sehingga perusahaan perlu
mengidentifikasi pelanggan yang berpotensi menjalin hubungan jangka panjang dan
kemudian menghitung nilai hidup pelanggan (Customer
Lifetime Value – CLV) agar menguntungkan perusahaan.
·
Dialog Dua Arah
Untuk mencapai hubungan yang diinginkan, maka
diperlukan dialog dan komunikasi dua arah, karena hubungan masyarakat (public relations – PR) adalah hubungan,
jaringan, dan interaksi. Pemasaran relasional bukan sekadar basis data atau
pemasaran langsung.
·
Kustomisasi
Pemasaran relasional
memberikan pemahaman yang lebih baik akan tuntutan dan keinginan konsumen,
sehingga memungkinkan penyediaan produk yang sesuai dengan spesifikasi
pelanggan. Dengan demikian, kustomisasi massal atau kustomisasi di pasar massal
dapat dilakukan.
Chan (2003:6) menyatakan: “Tujuan utama pemasaran
relasional sebenarnya adalah untuk menemukan lifetime value (LTV) dari
pelanggan. Setelah LTV didapat, tujuan selanjutnya adalah bagaimana agar LTV
masing-masing kelompok pelanggan dapat terus diperbesar dari tahun ke tahun.
Setelah itu, tujuan ketiga adalah bagaimana menggunakan profit yang didapat
dari dua tujuan pertama tadi untuk mendapatkan pelanggan baru dengan biaya yang
relatif murah. Dengan demikian tujuan jangka panjangnya adalah menghasilkan
keuntungan terus menerus dari dua kelompok pelanggan: pelanggan sekarang dan
pelanggan baru.
Menurut Zeithaml and Bitner (2003:158): “Tujuan
utama dari pemasaran relasional adalah untuk membangun dan mempertahankan
pelanggan yang komit yang menguntungkan bagi perusahaan dan pada waktu yang
sama meminimumkan waktu dan usaha yang dikeluarkan untuk pelanggan yang kurang
menguntungkan”.
2.3. Dimensi Pemasaran Relasional
Menurut Tandjung (2004:91) dimensi pemasaran
relasional adalah bonding, empathy, reciprocity, dan trust. Yau
et. al. (1999:4) menetapkan empat variabel pemasaran relasional yang digunakan
untuk mengukur kinerja perusahaan. Keempat variabel tersebut antara lain,
variabel komitmen, empati, timbal balik, dan kepercayaan.
Ø Komitmen
Menurut Tandjung (2004:91), mendefinisikan “komitmen
adalah ketergantungan antara kedua belah pihak yang cukup kuat sehingga
hubungan keduanya dapat bertahan lama”. Dapat disimpulkan komitmen adalah usaha
yang dilakukan perusahaan untuk menciptakan kepercayaan pelanggan pada
perusahaan dan usaha untuk membangun hubungan yang erat dengan pelanggan
sehingga hubungan tersebut menguntungkan kedua belah pihak.
Barnes (2003:150) menyatakan: “Komitmen adalah suatu
keadaan psikologis yang secara global mewakili pengalaman ketergantungan pada
suatu hubungan; komitmen meringkas pengalaman ketergantungan sebelumnya dan
mengarahkan reaksi pada situasi baru. Komitmen merupakan orientasi jangka
panjang dalam suatu hubungan, termasuk keinginan untuk mempertahankan hubungan
itu. Bagi bisnis yang menghadapi tingkat persaingan yang tinggi, hal ini
mengimplikasikan bahwa kemampuan perusahaan untuk menciptakan hubungan yang
tahan lama dengan pelanggan tidak hanya ditentukan oleh aksi perusahaan itu
sendiri, melainkan juga oleh aksi para pesaingnya. Perusahaan yang dapat dengan
sukses membuat dirinya berbeda dari pesaing mungkin memiliki kesempatan yang
lebih baik untuk menciptakan hubungan daripada perusahaan yang tidak dapat
melakukannya. Sebaliknya, pelanggan yang loyal hanya karena mereka tidak
memiliki alternatif yang lebih menarik merupakan suatu keadaan yang rapuh dan
terbatas pada situasi dimana pelanggan merasa bahwa dia terjebak”.
Menurut Peppers and Rogers (2004 : 46):
“Secara umum ada dua tipe komitmen yang berbeda yaitu Calculative dan affective.
Calculative commitment berhubungan dengan tipe instrumen dari komitmen, dan
sebagai perluasan dari kebutuhan untuk mempertahankan relationship yang
disebabkan oleh adanya manfaat ekonomi dan switching cost. Calculative
commitment dihasilkan dari analisis ekonomi dari biaya dan manfaat dengan
membuat komitmen. Sementara affective commitment timbul karena seseorang
memiliki ikatan emosional, bukan karena alasan ekonomi. Calculative
commitment berhubungan negatif dengan kepercayaan dan didasarkan pada
perhitungan biaya dan benefit. Jadi tidak kondusif bagi perkembangan
relationship jangka panjang. Sebaliknya, affective commitment didasarkan
pada relationship yang berkesinambungan, bukan karena benefit ekonomi
jangka pendek, tetapi karena setiap pihak merasakan kedekatan emosional atau
psikologikal satu sama lain. Affective commitment secara positif
berhubungan dengan kepercayaan dan mendukung benefit relationship dalam
waktu yang lebih lama, menurunkan opportunis, dan keinginan untuk memecahkan
konflik dengan cara damai”.
Berry dan Parasuraman (1991:139) menyatakan: “Relationships
dibangun di atas fondasi mutual komitmen. Selain itu komitmen juga
merupakan proses pelanggan untuk memiliki keinginan menjalin hubungan dengan
perusahaan tertentu. Tema yang sering muncul dari berbagai literatur relationship
adalah berbagai pihak mengidentifikasi komitmen diantara mitra pertukaran
sebagai kunci untuk memperoleh hasil yang bernilai bagi mereka, dan mereka
berusaha keras untuk mengembangkan dan memelihara atribut bernilai ini dalam relationship
mereka. Oleh karena itu, komitmen adalah sentral bagi semua pertukaran
relasional antara perusahaan dan berbagai mitranya”.
Ø Empati
Menurut Kotler (2005:500), “Empati adalah kesediaan
untuk peduli, memberikan perhatian pribadi kepada pelanggan”.
Lupiyoadi (2001:148) menyatakan: “Empati yaitu
memberikan perhatian yang tulus dan bersifat individual atau pribadi yang
diberikan kepada para pelanggan dengan berupaya memahami keinginan konsumen,
dimana suatu perusahaan diharapkan memiliki pengertian dan pengetahuan tentang
pelanggan, memahami kebutuhan pelanggan secara spesifik, serta memiliki waktu
pengoperasian yang nyaman bagi pelanggan.
Empati adalah suatu dimensi dari pemasaran
relasional yang digunakan untuk melihat situasi dari perspektif atau sudut
pandang lain. Hal ini diartikan dengan memahami berbagai keinginan dan tujuan
orang lain. Ini termasuk kemampuan masing-masing individu untuk melihat situasi
dari sudut pandang yang lain dalam artian kognitif (Hwang dalam Yau et. al.
1999: 6).
Dari penjelasan di atas yang dimaksud dengan empati
adalah kemampuan seseorang untuk menginterpretasikan, memberi makna, dan
memahami aspek utama pengalaman pribadi pelanggan.
Ø Timbal balik (reciprocity)
Menurut Sin et. al. dalam Tjiptono (2005:225) yang
mengemukakan bahwa timbal balik adalah komponen relasi bisnis yang
merefleksikan kesediaan masing-masing pihak untuk saling membantu atau membalas
kebaikan yang dilakukan salah satu pihak. Menurut Tandjung (2004:92): “Timbal
balik mencerminkan bahwa dalam hubungan jangka panjang haruslah saling memberi
dan menerima. Artinya, baik penjual maupun pelanggan sama-sama menguntungkan”.
Timbal balik mengindikasikan adanya suatu kerja sama atau hubungan dengan pihak
lain. Hal ini mencerminkan bahwa antara perusahaan dan pelanggan memiliki
kewajiban yang sama. Perusahaan berkewajiban memberikan pelayanan yang sesuai
dengan apa yang ditawarkan dan kesesuaian antara harga dan pelayanan.
Sebaliknya pelanggan wajib membayar apa yang telah diterimanya. Variabel timbal
balik meliputi kesesuai harga dengan kualitas, usaha memberikan kompensasi atas
kerusakan atau pelayanan yang buruk, dan kesesuaian produk dengan apa yang
ditawarkan.
Ø Kepercayaan
Kepercayaan adalah keyakinan bahwa seseorang akan
menemukan apa yang diinginkan pada mitra pertukaran. Kepercayaan melibatkan
kesediaan seseorang untuk untuk bertingkah laku tertentu karena keyakinan bahwa
mitranya akan memberikan apa yang ia harapkan dan suatu harapan yang umumnya
dimiliki seseorang bahwa kata, janji atau pernyataan orang lain dapat dipercaya
(Barnes, 2003:148).
Menurut Tjiptono (2005:415), “trust
(kepercayaan) merupakan faktor paling penting dalam setiap relasi. Sheth dan
Mittal dalam Tjiptono (2005:415) “trust bisa diartikan sebagai
kesediaan untuk mengandalkan kemampuan, integritas dan motivasi pihak lain
untuk bertindak dalam rangka memuaskan kebutuhan dan kepentingan seseorang
sebagaimana disepakati.
Menurut Green dalam Peppers and Rogers
(2004:73), komponen-komponen kepercayaan adalah:
·
Kredibilitas
Kredibilitas berarti bahwa karyawan jujur dan
kata-katanya dapat dipercaya. Kredibilitas harus dilakukan dengan kata-kata, “
saya dapat mempercayai apa yang dikatakannya mengenai ….” bentuk lain yang
berhubungan adalah believability dan truthfulness.
·
Reliabilitas.
Reliabilitas berarti sesuatu yang bersifat reliable
atau dapat dihandalkan. Ini berarti berhubungan dengan kualitas
individu/organisasi. Reliabilitas harus dilakukan dengan tindakan; “ saya dapat
mempercayai apa yang akan dilakukannya….” Bentuk lain yang berhubungan adalah predictability
dan familiarity.
·
Intimacy.
Kata yang berhubungan adalah integritas yang berarti
karyawan memiliki kualitas sebagai karyawan yang memiliki prinsip moral yang
kuat. Integritas menunjukkan adanya internal consistency, ada kesesuaian
antara apa yang dikatakan dan dilakukan, ada konsistensi antara pikiran
dan tindakan. Selain itu integritas juga menunjukkan adanya ketulusan.
Menurut Peppers and Rogers (2004: 43): “Kepercayaan
adalah keyakinan satu pihak pada reliabilitas, durabilitas, dan integritas
pihak lain dalam relationship dan keyakinan bahwa tindakannya merupakan
kepentingan yang paling baik dan akan menghasilkan hasil positif bagi pihak
yang dipercaya. Kepercayaan merupakan hal penting bagi kesuksesan relationship.
Benefit relationship yang didasarkan pada kepercayaan adalah signifikan
dan menggambarkan hal-hal berikut:
·
Cooperation.
Kepercayaan dapat meredakan perasaaan ketidakpastian
dan risiko, jadi bertindak untuk menghasilkan peningkatan kerjasama antaraanggota
relationship. Dengan meningkatnya tingkat kepercayaan, anggotabelajar
bahwa kerjasama memberikan hasil yang melebihi hasil yang lebih banyak
dibandingkan apabila dikerjakan sendiri.
·
Komitmen.
Komitmen merupakan komponen yang dapat membangun relationship
dan merupakan hal yang mudah hilang, yang akan dibentuk hanya dengan
pihak-pihak yang saling percaya.
·
Relationship duration.
Kepercayaan mendorong anggota relationship bekerja
untuk menghasilkan relationship dan untuk menahan godaan untuk tidak mengutamakan
hasil jangka pendek dan atau bertindak secara oportunis. Kepercayaan dari
penjual secara positif dihubungkan dengan kemungkinan bahwa pembeli akan
terlibat dalam bisnis pada masa yang akan datang, oleh karena itu memberikan
kontribusi untuk meningkatkan durasi relationship.
·
Kualitas.
Pihak yang percaya lebih mungkin untuk menerima dan
menggunakan informasi dari pihak yang dipercaya, dan pada gilirannya
menghasilkan benefit yang lebih besar dari informasi tersebut. Akhirnya, adanya
kepercayaan memungkinkan perselisihan atau konflik dapat dipecahkan secara
efisien dan damai. Dalam kondisi tidak ada kepercayaan, perselisihan dirasakan
merupakan tanda akan adanya kesulitan pada masa yang akan datang dan biasanya
menyebabkan berakhirnya relationship”.
Mowen dan Minor (2001:312) menyatakan: “Kepercayaan
pelanggan adalah semua pengetahuan yang dimiliki oleh pelanggan dan semua
kesimpulan yang dibuat pelanggan tentang objek, atribut, dan manfaatnya. Objek
dapat berupa produk, orang, perusahaan, dan segala sesuatu dimana seseorang
memiliki kepercayaan dan sikap. Atribut adalah karakteristik atau fitur yang
mungkin dimiliki atau tidak dimiliki oleh objek”.
BAB III
KESIMPULAN
Dalam bisnis jasa, fokus pelanggan menjadi pilihan
tepat untuk menjalankan aktivitas pemasaran. Pelayanan purnajual kepada
pelanggan adalah perwujudan terciptanya layanan konsumen. Hal ini juga menjadi
salah satu cara untuk mempertahankan pelanggan. Oleh karena itu, pemasaran
relasional menjadi sangat signifikan dalam bisnis jasa. Pemasaran relasional
pada dasarnya adalah suatu alternatif strategi terhadap pendekatan bauran
pemasaran tradisional sebagai suatu cara memperoleh keunggulan kompetitif yang
berkesinambungan dan cara terbaik untuk mempertahankan pelanggan dalam jangka
panjang.
Dengan demikian, secara singkat dapat dikatakan
pemasaran relasional merupakan upaya pengenalan kepada setiap pelanggan secara
lebih dekat, menciptakan komunikasi dua arah dengan konsumen, dan mengelola
hubungan yang saling menguntungkan antara pelanggan dan perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA
Barnes,
James G. 2003. Rahasia Manajemen Hubungan Pelanggan. Terjemahan Andreas
Winardi. Yogyakarta. Andi.
Berry,
Leonard L. and A. Parasuraman, 1991. Marketing Services. New
York: The Free Press.
Buttle,
Francis. 2004. Customer Pemasaran relasional (Manajemen Hubungan Pelanggan)
Concept and Tools. Terjemahan Arief Subiyanto. Malang: Bayumedia
Publishing.
Chan,
Syafruddin. 2003. Pemasaran relasional. Jakarta. Penerbit: PT.
Gramedia Pustaka Umum.
Kotler,
Philip dan Gary, Armstrong. 2009. Prinsip-prinsip Pemasaran. Jakarta :
Erlangga.
Kotler,
Philip. 2005. Manajemen Pemasaran. Jilid II, Edisi Kesebelas.
Alih Bahasa Benyamin Molan, Jakarta. Indeks
Lupiyoadi,
Rambat. 2001. Manajemen Pemasaran Jasa. Jakarta: Penerbit
Salemba Empat.
Mowen, John.
C dan Minor, Michael. 2001. Perilaku Konsumen. Jilid I. Jakarta:
Erlangga.
Peppers, Don
dan Rogers, Martha. 2004. Managing Customer Relationships: A Strategic
Framework. USA: John Wiley and Sons, Inc.
Tandjung, J.
Widodo. 2004. Marketing Management Pendekatan Pada Nilai-Nilai Pelanggan.
Malang: Bayumedia Publishing
Tjiptono,
Fandy. 2005. Strategi Pemasaran. Edisi Kedua. Cetakan Keenam.
Yogyakarta: Penerbit. Andy.
Zeithaml dan
Bitner, 2003. Service Marketing. Jakarta: Penerbit
Erlangga
0 Response to "Makalah Pemasaran Jasa Dengan Topik “Pemasaran Relasional”"
Post a Comment